Suatu
ketika, di pagi hari yang cerah, ada seorang penggembala yang sedang
menggembalakan dombanya di padang rumput yang hijau. Tak jauh dari padang
rumput itu ada sebuah gubuk kecil milik Pak Tani. Biasanya, di gubuk itu Pak
Tani beristirahat sambil menjaga sawahnya dari gangguan burung. Karena setiap hari
bertemu, penggembala yang cerdik namun usil itu bersahabat dengan Pak Tani yang
baik hati nan lugu.
Suatu
hari, penggembala tiba-tiba saja mempunyai niat untuk menjahili Pak Tani. Saat
Pak Tani sedang beristirahat di gubuknya, penggembala itu berteriak-teriak,
“Tolong!
Tolong! Ada serigala! Tolong!”
Pak Tani
yang mendengar teriakan itu pun langsung berlari meninggalkan gubuknya, dan
menghampiri si penggembala. Namun apa yang terjadi? Si penggembala tertawa
terbahak-bahak melihat Pak Tani yang kebingungan.
“Hahaha,
lihat wajahmu Pak Tani. Lucu sekali kau saat kebingungan”
Pak Tani
pun merasa malu. Tanpa berkata apa-apa, dia pergi meninggalkan penggembala yang
masih tertawa, menuju ke gubuknya lagi.
Beberapa
menit kemudian, penggembala kembali berteriak-teriak minta tolong, bahkan lebih
keras dari yang sebelumnya. Dan lagi-lagi, Pak Tani pun kembali berlari
meninggalkan gubuknya, menghampiri penggembala. Penggembala itu, lagi-lagi,
tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai keluar air mata dari matanya.
“Hahaha,
aduh aduh Pak Tani. Hebat sekali aku, bisa menipumu 2 kali.”
Kini Pak
Tani tidak tinggal diam, sambil marah dia berkata pada penggembala.
“Jahat
sekali kau telah menipuku, aku berniat baik, tapi kau justru menertawakan ku.
Nanti, sekalipun kau berteriak sangat keras, aku tak kan menghiraukannya!”
“Hahaha,
kita lihat saja nanti. Pasti kau akan lari terbirit-birit kemari.”
Pak Tani
pun kembali ke gubuknya dengan perasaan kesal. Di lihatnya si penggembala dari
kejauhan, sambil berkata,
“Semoga kau
mendapatkan balasan atas kejahilanmu, Penggembala”
Dan dia pun
masuk ke gubuknya, dan mulai memejamkan mata, menenangkan hatinya yang sedang
kacau.
Detik berganti
detik, menit berganti menit. Hari mulai beranjak siang. Matahari mulai
meninggi, membuat udara pagi yang sejuk menjadi panas. Penggembala pun duduk
santai bersandar di batang pohon. Semilir angin siang, membuat kantuknya
datang. Perlahan-lahan dipejamkannya mata, dan mencoba untuk tidur.
Namun
suasana sepi nan damai itu seakan dipecahkan oleh suara embik domba si
penggembala. Penggembalapun segara bangun dari tidurnya. Dan, apa yang
terjadi?!
Ternyata
ada seekor serigala yang sedang mengejar domba si penggembala
“Mbeeek!!!”
domba si penggembala mulai memperlambat larinya
“Auumm
auumm!!” namun si serigala makin bersemangat berusaha menerkan mangsanya.
Si
penggembala yang ketakutan pun memanjat pohon, dan berteriak-teriak minta
tolong sambil menangis.
“Toloong!
Toloong! Disini ada serigala! Ini serigala sungguhan, tolong!”
Namun tak
ada seorang pun yang menolongnya. Hingga akhirnya, serigala lapar itu berhasil
menerkan domba si penggembala, dan mulai mencabik-cabik tubuh domba gemuk itu.
Penggembala yang usil itu pun harus merelakan dombanya dimakan serigala.
Setelah
puas memangsa domba si penggembala, serigala itu pun pergi meninggalkan padang
rumput beserta penggembala yang malang itu. Penggembala pun mulai
berteriak-teriak lagi.
“Dombakuu! Dombaku
satu-satunya kini telah habis dimakan serigalaa!! Huhuhu”
Pak Tani
yang semula tertidur di dalam gubuknya, mulai penasaran dengan tangis si
penggembala. Lalu dihampirinya penggembala itu.
Namun
sesampainya di padang rumput, yang ia dapati hanyalah bangkai domba dan
pengembala yang sedang menangis.
“Astaga,
apa yang terjadi?” tanyanya pada penggembala
“Seekor
serigala telah memangsa dombaku. Mengapa kau tak menolongku? Padahal aku sudah
berteriak sekeras mungkin? Huhuhu”
“Tadi kau
sudah menipuku 2 kali. Bagaimana aku tahu kalau kau tak berbohong lagi?”
“Tapi kini
kau bisa lihat sendiri apa yang telah terjadi”
“Itulah
balasan bagi pembohong sepertimu. Seorang pembohong tidak akan dipercaya
walaupun dia berkata jujur”
“Iyaa.
Maafkan aku Pak Tani. Aku mengaku salah”
“Baiklah.
Aku sudah memaafkan. Sekarang mari kita pergi ke pasar hewan. Kita beli domba
baru untukmu”
“Baiklah.
Ayo”
…..
Demikianlah kisah Penggembala dan Pak Tani. Dari kisah ini, kita bisa belajar
begitu besarnya arti kejujuran. Karena kebohongan kecil saja bisa membuat
kerugian yang amat besar….
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar