Selasa, 05 Maret 2013

Penggembala Domba dan Pak Tani



Suatu ketika, di pagi hari yang cerah, ada seorang penggembala yang sedang menggembalakan dombanya di padang rumput yang hijau. Tak jauh dari padang rumput itu ada sebuah gubuk kecil milik Pak Tani. Biasanya, di gubuk itu Pak Tani beristirahat sambil menjaga sawahnya  dari gangguan burung. Karena setiap hari bertemu, penggembala yang cerdik namun usil itu bersahabat dengan Pak Tani yang baik hati nan lugu.
            Suatu hari, penggembala tiba-tiba saja mempunyai niat untuk menjahili Pak Tani. Saat Pak Tani sedang beristirahat di gubuknya, penggembala itu berteriak-teriak, 

“Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolong!”

Pak Tani yang mendengar teriakan itu pun langsung berlari meninggalkan gubuknya, dan menghampiri si penggembala. Namun apa yang terjadi? Si penggembala tertawa terbahak-bahak melihat Pak Tani yang kebingungan.

“Hahaha, lihat wajahmu Pak Tani. Lucu sekali kau saat kebingungan”

Pak Tani pun merasa malu. Tanpa berkata apa-apa, dia pergi meninggalkan penggembala yang masih tertawa, menuju ke gubuknya lagi.

Beberapa menit kemudian, penggembala kembali berteriak-teriak minta tolong, bahkan lebih keras dari yang sebelumnya. Dan lagi-lagi, Pak Tani pun kembali berlari meninggalkan gubuknya, menghampiri penggembala. Penggembala itu, lagi-lagi, tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai keluar air mata dari matanya.

“Hahaha, aduh aduh Pak Tani. Hebat sekali aku, bisa menipumu 2 kali.”

Kini Pak Tani tidak tinggal diam, sambil marah dia berkata pada penggembala.

“Jahat sekali kau telah menipuku, aku berniat baik, tapi kau justru menertawakan ku. Nanti, sekalipun kau berteriak sangat keras, aku tak kan menghiraukannya!”

“Hahaha, kita lihat saja nanti. Pasti kau akan lari terbirit-birit kemari.”

Pak Tani pun kembali ke gubuknya dengan perasaan kesal. Di lihatnya si penggembala dari kejauhan, sambil berkata, 

“Semoga kau mendapatkan balasan atas kejahilanmu, Penggembala”

Dan dia pun masuk ke gubuknya, dan mulai memejamkan mata, menenangkan hatinya yang sedang kacau.

Detik berganti detik, menit berganti menit. Hari mulai beranjak siang. Matahari mulai meninggi, membuat udara pagi yang sejuk menjadi panas. Penggembala pun duduk santai bersandar di batang pohon. Semilir angin siang, membuat kantuknya datang. Perlahan-lahan dipejamkannya mata, dan mencoba untuk tidur.    

Namun suasana sepi nan damai itu seakan dipecahkan oleh suara embik domba si penggembala. Penggembalapun segara bangun dari tidurnya. Dan, apa yang terjadi?! 

Ternyata ada seekor serigala yang sedang mengejar domba si penggembala

“Mbeeek!!!” domba si penggembala mulai memperlambat larinya

“Auumm auumm!!” namun si serigala makin bersemangat berusaha menerkan mangsanya.

Si penggembala yang ketakutan pun memanjat pohon, dan berteriak-teriak minta tolong sambil menangis.

“Toloong! Toloong! Disini ada serigala! Ini serigala sungguhan, tolong!”

Namun tak ada seorang pun yang menolongnya. Hingga akhirnya, serigala lapar itu berhasil menerkan domba si penggembala, dan mulai mencabik-cabik tubuh domba gemuk itu. Penggembala yang usil itu pun harus merelakan dombanya dimakan serigala.

Setelah puas memangsa domba si penggembala, serigala itu pun pergi meninggalkan padang rumput beserta penggembala yang malang itu. Penggembala pun mulai berteriak-teriak lagi.

“Dombakuu! Dombaku satu-satunya kini telah habis dimakan serigalaa!! Huhuhu”

Pak Tani yang semula tertidur di dalam gubuknya, mulai penasaran dengan tangis si penggembala. Lalu dihampirinya penggembala itu.

Namun sesampainya di padang rumput, yang ia dapati hanyalah bangkai domba dan pengembala yang sedang menangis.

“Astaga, apa yang terjadi?” tanyanya pada penggembala

“Seekor serigala telah memangsa dombaku. Mengapa kau tak menolongku? Padahal aku sudah berteriak sekeras mungkin? Huhuhu”

“Tadi kau sudah menipuku 2 kali. Bagaimana aku tahu kalau kau tak berbohong lagi?”

“Tapi kini kau bisa lihat sendiri apa yang telah terjadi”

“Itulah balasan bagi pembohong sepertimu. Seorang pembohong tidak akan dipercaya walaupun dia berkata jujur”

“Iyaa. Maafkan aku Pak Tani. Aku mengaku salah”

“Baiklah. Aku sudah memaafkan. Sekarang mari kita pergi ke pasar hewan. Kita beli domba baru untukmu”

“Baiklah. Ayo”

….. Demikianlah kisah Penggembala dan Pak Tani. Dari kisah ini, kita bisa belajar begitu besarnya arti kejujuran. Karena kebohongan kecil saja bisa membuat kerugian yang amat besar….
SEKIAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar